Profil



1.    Biasanya, ahli waris masih ada ganjalan ketika mayyit yang meninggalkan sholat tidak ada yang mengqodloinya atau membayar fidyah, maka langkah alternarifnya yang memiliki dasar shorih adalah memperbanyak shodaqoh atau amal sholih yang pahalanya ditujukan kepada si mayyit sebagaimana sabda Rosululloh SAW :
عن ابن عباس رضى الله عنهما قال توفيت ام سعد بن عبادة وهو غائب عنها فقال يا رسول الله ان امى توفيت وانا غائب عنها اينفعها شيئ ان تصدقت به عنها قال نعم قال فانى اشهدك ان حائطى المخراف صدقة عنها رواه البخارى والترمذى والنسائى

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تصدقوا لأنفسكم وامواتكم فان تعذروا فبآيات القرآن فان تعلموا فادعوا بمغفرة رواه احمد والبخارى ومسلم


1.    Fidyah harus diberikan kepada orang miskin, sedangkan shodaqoh boleh diberikan kepada siapaun.
2.    Haram berbuat tala’ub fid din (bermain-main dalam masalah agama) seperti jika seseorang yang kaya meninggalkan shalat semasa hidupnya secara sengaja dengan alasan “Ya sudahlah yang penting ketika mati akan difidyahi” karena mempunyai banyak harta. Apakah taklif seorang muslim baligh dalam menjalankan syariat (seperti kasus ini) dapat terepresentasi dengan satu mud beras? Karena langkah fidyah dan qodlo merupakan ihtiyath (hati-hati) dari sebagian ulama’.
3.    Ikhtilaful aimmah rohmatul ummah.
Perbedaan pendapat ulama adalah rahmat bagi ummat, maka dengan perbedaan pendapat di atas diharapkan tidak menjadikan polemik yang berkepanjangan di tengah masyarakat, akan tetapi justru membuat kita dapat saling menghargai dan menghormati pendapat orang lain yang juga mengikuti pendapat ulama’ yang mu’tabar.

Demikian uraian singkat, mohon maaf atas segala kekurangan, semoga bermanfa’at.
Wallohu a’lam bis showab.

Dalil yang pertama, (Al-Tahqiqat, juz III. Sunan an-Nasa’i, juz II)

قال صلى الله عيه وسلم من أعان على ميت بقراءة وذكر استوجب الله له الجنة. رواه الدارمى والنسائي عن ابن عباس
“Rasulullah صلى الله عيه وسلم bersabda: Barang siapa menolong mayit dengan membacakan ayat-ayat al-Qur’an dan dzikir, maka Allah memastikan surga baginya.” (HR. ad-Darimy dan Nasa’I dari Ibnu Abbas)

Dalil yang kedua, (Tanqih al-Qaul)

وعن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: تصدقوا على أنفسكم وعلى أمواتكم ولوبشربة ماءفان لم تقدروا على ذلك فبآية من كتاب الله تعالى فان لم تعلموا شيئا من القرآن فادعوا لهم بالمغفرة والرحمة فإن الله وعدكم الإجابة
“Dan dari Rasulullah صلى الله عيه وسلم , bahwa sesungguhnya Rasul bersabda : Bersedekahlah kalian untuk diri kalian dan orang-orang yang telah mati dari keluarga kalian walau hanya air seteguk. Jika kalian tak mampu dengan itu, bersedekahlah dengan ayat-ayat al-Qur’an. Jika kalian tidak mengerti al-Qur’an, berdo’alah untuk mereka dengan memintakan ampunan dan rahmat. Sungguh, Allah تعالى telah berjanji akan mengabulkan do’a kalian.”

Dalil yang ketiga, (Kasy a-Syubhat li as-Syaikh Mahmud Hasan Rabi)

(قال النووي) فى شرح المهذبى يستحب يعنى لزائر الأموات أن يقرأ من القرءان ما تيسرويدعولهم عقبها نص عليه الشافعى واتفق عليه الأصحاب
“Dalam Syarah al-Muhamdzdzab Imam an-Nawawi berkata: Adalah disukai seorang berzirah kepada orang mati lalu membaca ayat-ayat al-Qur’an sekedarnya dan berdo’a untuknya. Keterangan ini diambil dari teks Imam Syafi’I dan disepakati oleh para ulama yang lainnya.”

Dalil ke empat,

إقرءوا على موتاكم يس (رواه احمد وابوداود وابن ماجه وابن حبان والحاكم)
“Bacalah atas orang-orangmu yang telah mati, akan Surat Yasin.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Alhakim)

Dalil ke lima, (Fathul mu’in pada Hamisy I’anatuttholibin, juz III)

وقد نص الشافعى والأصحاب على ندب قراءة ما تيسر عندالميت والدعاء عقبها اى لانه حينئذ ارجى للاجابة ولان الميت تناله بركة القراءة كالحي الحاضر
“Dan telah menyatakan oleh Assyafi’I dan Ashabnya atas sunnat membaca apa yang mudah di sisi mayit, dan berdo’a sesudahnya, artinya karena bahwasanya ketika itu lebih diharapkan keterimanya, dan karena bahwa mayyit itu mendapatkan barokah qira’ah seperti orang hidup yang hadir.”


Umum di masyarakat yang mengamalkan surah yasin belum tentu mengetahui dalil bacaan surah yasin. Jika ditanyakan atas dasar apa anda mau mengikuti acara pembacaan surah yasin kebanyakan menjawab amalan bacaan surah yasin hanya karena tradisi dan kebiasaan saja. Tentunya jawaban tersebut belumlah mencukupi dan mendasar.  Disini kami paparkan beberapa dalil pembacaan surah yasin yang kami sadur dari beberapa hadist dan pendapat para ulama.
Pertanyaan : Mohon dijelaskan dalil pembacaan surah yasin dan apakah betul bahwa hadis yang dipakai untuk dalil pembacaan surah yasin hanya berasal dari hadist dhoif ?
Dalil Pembacaan Surah Yasin
Diantara dalil pembacaan surah yasin untuk orang yang meninggal yaitu hadits Nabi Saw,
“Bacalah surah yasin kepada orang-orang mati diantara kalian” {HR. Abu Dawud jilid 8/385}, hadist ini disahkan oleh Ibn Hibban.
Pendapat Abu Hatim dan sebagian ulama’ lainnya “ sunnah dibacakan surah yasin, ketika menjelang kematian (sakarotul maut) karena surah yasin menceritakan kiamat, tauhid dan kisah-kisah umat terdahulu”. Namun menurut Ibn Rif’ah,  dianjurkan membaca surah yasin setelah meninggal. Oleh karena itu lebih utama menggabung keduanya (membaca surah yasin di waktu sakarotul maut dan setelah meninggal).     {Faidul Qodir juz 2 hal. 86}
Sebagian pendapat hadist tentang bacaan surah yasin ini do’if, namun tetap bisa diamalkan karena didukung oleh hadist lain yang kuat tentang sampainya pahala bacaan surah yasin kepada mayyit
Penjelasan Pembacaan SurahYasin Dan Surah Lainnya Mengenai Pahala Bacaan
Wasiat Ibn Umar dalam kitab Syarh Aqidah Thahawiyah hal : 458
“Diriwayatkan Ibn Umar ra. berwasiat agar dibacakan awal surat Al-Baqarah dan akhirnya di atas kuburnya seusai pemakaman. Demikian juga dinukil dari sebagian shahabat Muhajirin adanya pembacaan surat Al-Baqarah”.
Hadist ini menjadi dasar pendapat Muhammad bin Hasan dan Ahmad bin Hambal padahal Imam Ahmad sebelumnya pernah mengingkari sampainya pahala dari orang yang hidup kepada orang yang sudah mati. Namun setelah beliau mendengar dari orang-orang yang terpercaya tentang wasiat ibnu Umar, Beliaupun mencabut pengingkarannya.     [Mukhtasar Tazkirah Qurtubi hal.25].
Disebutkan imam Ahmad bin Hambal berkata : ” sampai kepada mayyit [ pahala ] setiap kebaikan karena adanya nash–nash yang menerangkannya dan juga kaum muslimin berkumpul di setiap negeri untuk membaca alquran (termasuk didalamnya surah yasin) dan menghadiahkan (pahalanya) kepada mereka yang sudah meninggal. Hal ini terjadi tanpa ada yang mengingkari ,maka jadilah ijma’ (Yas’aluunaka fid din wal hayat oleh Dr.Ahmad Syarbasi jilid III/423)
Hadis dalam sunan Baihaqi dengan isnad hasan :
“ sesungguhnya Ibnu Umar me nganjurkan untuk dibacakan awal surat al-Baqoroh dan akhirnya diatas kuburan seusai pemakaman”
Hadist ini mirip dengan wasiat Ibn Umar, bahkan di sini dinyatakan dianjurkan.
Hadist riwayat Daruquthni :
“barang siapa masuk ke pekuburan lalu membaca surat Al-Ikhlas 11 kali kemudian menghadiahkan pahalanya kepada para mayit (dikuburan itu) maka ia diberi pahala sebanyak orang yang mati di tempat itu“
Hadist marfu’ riwayat Hafiz as-Salafi :
“barang siapa melewati pekuburan lalu membaca surat Al-Ikhlas 11 kali kemudian menghadiahkan pahalanya kepada para mayit (dikuburan itu) maka ia akan diberi pahala sebanyak orang yang mati disitu “ (mukhtasar Al-Qurtubi hal. 26)
Syaikh Muhammad Makhluf, (mantan mufti mesir) berkata : “Tokoh-tokoh madzhab Hanafi berpendapat setiap orang melakukan ibadah baik sedekah atau bacaan al Qur’an (termasuk surah yasin) atau lainnya dari macam-macam kebaikan, dapat dihadiahkan pahalanya kepada orang lain dan pahala itu akan sampai kepadanya”.
Syaikh Ali Ma’sum berkata : “dalam madzhab Maliki tidak ada khilaf akan sampainya pahala sedekah kepada mayyit. Namun ada khilaf pada bacaan al Qur’an untuk mayyit . Menurut dasar Madzhab hukumnya makruh. Para ulama’-ulama’ muta’akhirin berpendapat boleh melakukannya dan menjadi dasar untuk diamalkan. Dengan demikian maka pahala bacaan tersebut sampai kepada mayyit. Ibn Farhun menukil bahwa pendapat akhir inilah yang rojih dan kuat”. [Hujjatu ahlis sunnah Wal jama’ah hal.15]
Dalam kitab Al-Majmu’ jilid 15/522 : “berkata Ibn Nahwi dalam syarah minhaj : dalam madzhab Syafi’I menurut qaul yang mashur, pahala bacaan tidak sampai, tapi menurut qaul yang muhtar, sampai apabila di mohonkan kepada Allah agar disampaikan bacaan tersebut”
Imam Ibn Qoyyim al- Jauziyyah berkata “yang paling utama dihadiahkan kepada mayit adalah sedekah, istighfar, do’a untuknya dan haji atas namanya. Adapun bacaan al-Qur’an serta menghadiahkan pahalanya kepada mayit dengan cara sukarela tanpa imbalan, akan sampai kepadanya sebagaimana pahala puasa dan haji sampai kepadanya.” [Yas’alunaka fid din wal-hayat jilid I/442]
Ibnu Taymiyyah pernah ditanya tentang bacaan Al-Qur’an untuk mayyit juga tasbih, tahlil, dan takbir jika dihadiahkan kepada mayyit, apakah sampai pahalanya atau tidak? Beliau menjawab sebagaimana tersebut dalam kitab beliau Majmu’ Fatawa jilid 24 hal. 324 : “sampai kepada mayyit bacaan Al-Qur’an dari keluarganya demikian tasbih, takbir serta seluruh dzikir mereka apabila mereka menghadiahkan pahalanya kepada mayyit akan sampai pula kepadanya”.
Kesimpulan Dalil Pembacaan SurahYasin
Dari uraian diatas kita mengetahui bahwa acara pembacaan surah yasin dan amalan-amalan lainnya yang biasa disebut bacan surah yasin dan tahlil bukanlah tanpa dalil. Ulama-ulama terdahulu pun sudah melakukan amalan surah yasin dan mereka menyusun amalan surah yasin tersebut kemudian mengajarkannya ke masyarakat. Mereka tentunya tidak gegabah dan sembarangan didalam mengamalkan dan menyampaikan ajaran amalan surah yasin tersebut dan cukup bagi kita sebagai pegangan untuk ikut serta mengamalkannya karena saat ini kita sudah mengetahui tentang dalil pembacaan surah yasin. Disamping dalil surah yasin diatas , banyak penjelasan yang lain tentang manfaat surah yasin dan doa-doa. Tidak kita pungkiri di masyarakat saat ini banyak yang menentang pembacaan surah yasin tetapi seharusnya tidaklah demikian karena banyak para ulama juga mengamalkan surah yasin ini. Jika bacaan surah yasin pahalanya sampai pada mayyit dan ulama juga mengamalkannya juga tradisi ini sudah berlangsung lama maka bacaan surah yasin dan tahlil bukan barang baru. Apakah pantas disalahkan orang yang mengamalkan bacaan surah yasin ? Jika demikian kurang bijaksana jika kita menyalahkan saudara kita yang mengamalkan bacaan surah yasin sedangkan mereka berdzikir kepada Allah dengan amalan surah yasin itu. Kata-kata bid’ah sering juga terdengar ditujukan pada jamaah pengamal surah yasin seakan mereka perusak agama. Tradisi yang berjalan di masyarakat dan sudah bertahun-tahun lamanya tentang surah yasin ini sebenarnya tidak perlu disemena-menakan sebab majlis surah yasin adalah salah satu majlis yang mampu untuk mempersatukan masyarakat islam. Acara kumpul keluarga juga lebih semarak jika didalamnya diadakan bacaan surah yasin demikian juga acara-acara yang lain. Jadi apa salahnya kalau kita mengamalkan bacaan surah yasin ? Jika salah maka ulama-ulama kita yang terdahulu juga salah sebab merekalah yang lebih dulu mengamalkan bacaan surah yasin ini dan juga menganjurkan kepada kita untuk mengamalkan bacaan surah yasin.

كان الإمام أحمد بن حنبل رض يقول إذا دخلتم المقابر فاقرؤا فاتحة الكتاب والمعوذتين وقل هو الله أحد واجعلوا ثواب ذلك لأهل المقابر فإنه يصل إليهم، حدثه بعض الثقات أن عمر ابن الخطاب رض أوصى إذا دفن أن يقرأ عند رأسه فاتحة الكتاب وخاتمة سورة البقرة، ما رواه الحافظ السلفي مرفوعا من مر بالمقابر فقرأ قل هو الله أحد إحدى عشرة مرة ثم وهب أجره للأموات أعطي من الأجر بعدد الأموات (مختصر تذكرة القرطبي ص 62)
















أنواع البر التي يوصل بها الوالدان بعد موتهما، كثيرة متنوعة، ولكن منها على سبيل المثال ما يأتي:
1 - الاستغفار لهما؛ لقول الله تعالى ذاكراً دعاء إبراهيم: {رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (40) رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ} (2).
وقال تعالى ذاكراً دعاء نوح: {رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا} (3)؛ ولحديث أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: ((إن الله ليرفع الدرجة للعبد الصالح في الجنة, فيقول: يا ربّ أنَّى لي هذه؟ فيقول: باستغفار ولدك لك)) (أحمد في المسند).
وقال أبو هريرة رضي الله عنه: ((ترفع للميت بعد موته درجتُه، فيقول: أي ربِّ أي شيء هذه؟ فيقال: ولدك يستغفر لك)) (2).
2 - الدعاء لهما؛ لحديث أبي هريرة رضي الله عنه، أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال: ((إذا مات الإنسان انقطع عمله إلا من ثلاثة: إلا من صدقةٍ جارية، أو علمٍ يُنتفع به، أو ولدٍ صالح يدعو له)) (3).
3 - قضاء الدين عنهما؛ لحديث أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -: ((نفس المؤمن معلقة بدَينه, حتى يقضى عنه)) (1).
ولحديث عبد الله بن عمر رضي الله عنهما، أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال: ((يغفر للشهيد كل شيء إلا الدين)) (2).
4 - قضاء النذور عنهما: كنذر الصيام، والحج أو العمرة، أو غير ذلك مما تدخله النيابة.
5 - قضاء الكفارات عنهما: ككفارة اليمين، وكفارة قتل الخطأ، وغير ذلك؛ لدخول هذه الواجبات في قوله في حديث ابن عباس رضي الله عنهما، وفيه: أن امرأة نذرت أن تصوم شهراً، فلم تصم حتى ماتت، فجاءت قرابة لها إما أختها أو ابنتها إلى النبي - صلى الله عليه وسلم - فذكرت ذلك له، فقال: ((أرأيتك لو كان عليها دَين كنتِ تقضينه؟)) قالت: نعم، قال: ((فدَين الله أحقُّ أن يقضى)) (1). فكل الديون لله تعالى الواجبة: من الكفارات، والنذور، وفرض الحج والعمرة، والصوم، تدخل في قوله عليه الصلاة والسلام: ((فدين الله أحق أن يقضى)).

6 - تنفيذ وصيتهما إن كان لهما وصية، الثلث فأقل؛ وإنفاذ الوصية واجب، والإسراع بالتنفيذ: إما واجب أو مستحب، فإن كانت في واجب فللإسراع في إبراء الذمة، وإن كانت في تطوع؛ فللإسراع في الأجر لهما، وينبغي أن تنفذ قبل الدفن.
قضاء صيام الفرض من رمضان عنهما؛ لقوله - صلى الله عليه وسلم - في حديث عائشة رضي الله عنها: ((من مات وعليه صيام صام عنه وليُّه)) (1).
8 - صلة الرحم التي لا توصل إلا بهما؛ لحديث أبي بردة رضي الله عنه قال: ((قدمت المدينة فأتاني عبد الله بن عمر، فقال: أتدري لِمَ أتيتك؟ قال: قلت: لا، قال: سمعت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: ((من أحب أن يصل أباه في قبره فليصل إخوان أبيه بعده)) وإنه كان بين أبي عمر وبين أبيك إخاءٌ ووُدٌّ، فأحببت أن أصل ذاك)) (2).
9- إكرام صديقهما من بعدهما؛ لحديث ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي - صلى الله عليه وسلم - أنه قال: ((إن أبرَّ البر صلةُ الولدِ أهلَ وُدِّ أبيه)) (1).
وإذا كان من الإحسان إلى الميت الإحسان إلى أصدقائه, فالوالد والوالدة أولى بذلك الإحسان بعد موتهما؛ لحديث عائشة رضي الله عنها قالت: ما غرت على امرأةٍ من نساء النبي - صلى الله عليه وسلم - ما غرتُ على خديجة؛ لكثرة ذكره إيَّاها، وما رأيتُها قط، وكان رسول الله - صلى الله عليه وسلم - إذا ذبح الشاة، يقول: ((أرسلوا بها إلى أصدقاء خديجة)) فأغْضَبْتُهُ يوماً فقلتُ: خديجة؟! فقال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ((قد رُزقتُ حبَّهَا)) وفي لفظ: (( ... وإن كان ليذبح الشاة ثم يهديها إلى خلائلها)) (2).
10- الصدقة عنهما؛ لحديث سعد بن عبادة رضي الله عنه، أن أمه توفيت، فقال: يا رسول الله! إن أُمي تُوفِّيتْ وأنا غائب عنها، أينفعها شيء إن تصدقت به عنها؟ قال: ((نعم)) قال: فإني أشهِدُك أن حائطي المخراف (1) صدقةٌ عليها)) (2). فبر الوالدين يكون في حياتهما وبعد موتهما، فمن فاته الإحسان إلى والديه في حياتهما فقد جعل الله له ذلك بعد موتهما، سواء كان ذلك بالصدقة عليهما، أو الاستغفار، والدعاء، وقضاء الديون، والنذور، والكفارات، أو إنفاذ عهدهما من بعدهما، أو صلة الرحم التي لا توصل إلا بهما، أو صلة أهل ودِّهما، أو غير ذلك من أنواع البر والإحسان إليهما.
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين.

(1) الحائط الجدار؛ لأنه يحوط ما فيه، والمخراف: هو الحائط من النخل أو البستان المثمر، والمخراف: المثمرة، سماها مخرافاً؛ لما يخترف منها. انظر: النهاية في غريب الحديث لابن الأثير (2/ 24).
(2) متفق عليه: البخاري، كتاب الوصايا، باب إذا قال: أرضي أو بستاني صدقة عن أمي فهو جائز، وإن لم يُبيِّن لمن ذلك، برقم 2756.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar